keterbukaan - based on true story

Hujan. Dingin yang menusuk tubuh. Ku tatap jalanan sekitar dari pinggir jendela ditemani hot chocolate dengan tubuh diselimuti sweater hitam polos. Ramai. Orang-orang berlalu-lalang. Handphoneku yang berdering mengalihkan pandanganku. Ku letakkan gelasku di atas meja yang tak jauh dari ku. Ku ambil handphoneku. Nia. Dia mengingatkanku untuk datang reuni lusa. Berkumpul bersama setelah berpisah tiga tahun. Padahal hanya dua tahun tapi sudah rindu rasanya tak bertemu mereka. Setelah lulus SMA kami berpisah dan tak ada satu dari kami yang mengambil jurusan kuliah yang sama. Dan kami tinggal berjauhan pula. Kemungkinan untuk bertemu kembali. Jadi kami memutuskan untuk bertemu lusa besok. Setelah membaca sms Nia, ku letakkan handphoneku dan kembali menikmati hot chocolate. Tak lama kemudian Valerie juga mengsmsku. Betapa kompaknya mereka, batinku. Sepintas ku melihat foto kami waktu masih mengenakan seragam putih abu-abu. Sekali lagi kuletakkan gelas di atas meja, ku cari album coklatku, kumpulan kenangan kami sepanjang SMA. Ku buka satu persatu, foto-foto yang bukan hanya tentang kami, tapi masa SMA kami. Ku buka terus sampai ku terdiam di satu halaman. Satu halaman yang terdapat dua lembar foto yang membuat hatiku menangis saat itu. Saat di mana kami menumpahkan air mata. Saat di mana kami bermaaf-maafan. Saat dimana kami membuka diri. Saat di mana kami menemukan rahasia satu sama lain. Kami yang dihantam  dengan berbagai masalah persahabatan. Dan pada akhirnya pergumulan itu lenyap dan hilang dengan adanya keterbukaan diantara kami.

Cerita singkat di atas itu sebenernya based on true story. Ga semua tapi secara gari besar. Jadi intinya sekarang gue lagi galau. Gue merasa jauh. Ga tau parno ato emg beneran jauh. Dan gue kesepian. Dan hari ini gue baru terbuka sm temen gue. Curhat. Dan bukan gue aja yang kayak gitu. Dia juga. Dan sekarang gue ga gitu merasa sendiri krn dia ada disaat gue sedang bingung :-)

0 komentar:

Posting Komentar